Favorite Quotations

"Life starts from nothing to something, then becoming someone and finally to be NO ONE because the only One is Allah Swt." _Reza M. Syarief, MA.,M.BA., CMLP_

"Mengapa kita harus mendengarkan suara hati kita ? Sebab, di mana hatimu berada, di situlah hartamu berada." _Sang Alkemis (Paulo Coelho)_

Thursday 19 May 2011

Diam Tak Pernah Salah

Dua hari ini sepertinya jari jemari ini menulis dengan tuts hitam ini tentang diam..ada apakah gerangan???? entah lah... tapi semoga tulisan ini dapat dipetik hikmahnya.. :)


Pagi ini saya tersentak oleh sms seorang sahabat “tahu gak bahwa apa yang keluar dari mulut kita itu adalah kita” dan kemudian saya merenung atas apa apa yang pernah saya ucapkan, perkataan baikkah atau kata kata yang menyakitkan saya yang mampu saya ucap, atau rentetan dusta yang tak mampu saya bendung, lalu terbayang oleh saya ketika sumbu amarah saya tersulut oleh perbuatan orang lain yang tidak menyenangkan hati, saya memaki dengan kata kata “bodoh” yang jika dikatikan dengan pesan sahabat saya tadi, kata bodoh yang saya tunjukan untuk orang lain sesungguhnya itu adalah saya, iya itulah saya, ketika saya mengatakan orang itu “ular berkepala dua” karena suka mengadu domba dan memfitnah, mungkin saya juga begitu, jadi siapa saya, saya adalah yang keluar dari mulut saya itu, ya ALLAH :(


Beberapa hari yang lalu ada pula yang menasehati saya dengan kata kata yang indah, “ diam itu adalah emas, diam adalah ibadah yang tanpa bersusah payah, diam adalah perhiasan bibir tanpa berhias dengan pemerah, diam adalah kehebatan tanpa kerajaan, benteng tanpa pagar, kekayaan tanpa meminta kepada orang, istirahat bagi kedua malaikat pencatat amal, penutup segala aib
… Subhanallah, indahnya diam …

Saya mulai berpikir, jika dalam sehari itu ada 24 jam, dikurangi jam tidur saya 6 jam maka saya punya waktu hidup 18 jam :D dalam 18 jam ini berapa banyak kata kata bak meteor yang keluar dari mulut saya, angkot di serang yang selalu membuat saya emosi dan memaki motor yang selalu seenaknya, di kostan ada orang yang selalu menyetel musik keras gak karuan, di tempat saya menjemput rejeki saya berhadapan dengan orang orang yang tidak selalu manis dan saya membalasnya dengan lebih pahit lagi, kepada keluarga saya mungkin saya tak bermaksud membentak tapi “huh” yang keluar dari mulut saya mungkin melukainya, jika saya tak mampu berkata kata yang menyenangkan sebaiknya saya diam, jika hanya bisa bohong dan bohong yang keluar dari mulut saya sebaiknya saya gak bicara sama sekali, jika hanya luka dan makian mending lakban deh mulut :(

Sungguh lidah memang tak bertulang, setiap gerakannya akan menggetarkan pita suara, dan suara yang keluar jika tak bernilai kebaikan sebaiknya diam, dan mustinya saya harus selalu ingat bahwa setiap gerakan lidah akan dimintai pertanggungjawaban oleh ALLAH di mahkamah ALLAH nanti, iya lidah akan dihisab, bicara apa dan berkata apa, di mahkamah ALLAH tidak ada pengacara yang akan membela apalagi membenarkan ucapan saya, di sana lidah saya hanya akan berkata jujur tentang semua yang pernah saya ucapkannya, dan betullah seharusnya saya DIAM ketika tidak bisa berkata benar, diam dan dzikir loh yah, bukan diam terus ngelamun jorok :D *ah itu sih elo yan*

Semakin banyak bicara semakin banyak salah, maka diam itu tidak pernah salah, jadi mulai sekarang ada baiknya kita belajar menjadi pendengar dan bukan pembicara, kekasih ALLAH itu diamnya dzikir, bicaranya dakwah, kan gitu yah?

Kalau dihina yan?” gak usah dibalas dengan hinaan, rugi lah mengotori lidah dengan menghina orang itu lagi, ketika ada orang yang menghina saya kan orang itu sedang menghina dirinya sendiri kan sebetulnya, ketika saya membalas lagi dengan hinaan, terus apa bedanya dong saya dengan dia, gak deh !! abis pahala dan energi hanya untuk membalas sesuatu yang gak penting lagi buat kita bukan? biarkan saja… sudahi saja dengan diam dan senyum manis.

Kata orang ”Setan itu mencari sahabat sahabatnya dan ALLAH melindungi kekasih kekasihNYA” salah satu agar dicintai ALLAH dan menjadi kekasih ALLAH adalah dengan menjadi ahli dzikir dan sifat dari para ahli dzikir itu “diamnya dzikir, bicaranya dakwah” …

Jadi, diam itu tidak pernah salah bukan? :)

Wednesday 18 May 2011

Debu

Saya hanya manusia, hanya debu yang tidak seharusnya menilai ketulusan seseorang atau menghakimi sesama manusia lain…  seperti juga ikhlas, tidak ada suatu alat ukur untuk menilai apakah dia ikhlas, apakah manusia didepan saya tulus.


Kenapa saya tidak menjawab? Sebab apakah mereka tulus atau tidak, sama sekali bukan urusan saya.
Jika mereka tidak tulus, maka itu tidak akan merugikan saya… tidak membuat saya menjadi orang yang lebih besar atau menjadi orang yang lebih kecil. Sebab kita sendiri yang menentukan, akan jadi manusia yang lebih besarkah kita, atau sebaliknya. Bukan orang lain.
Katakanlah ada yang mengatakan kita cantik/ganteng.. apakah mereka tulus atau tidak tidak akan terpengaruh kepada kita karena kecantikan/kegantengan kita toh tidak akan berkurang atau bertambah karena pujian yang tulus atau tidak tulus, iya kan? karena arti diri kita, nilai diri kita, kitalah yang menentukan, sepenuhnya ditangan kita bukan ditangan orang lain… kalaupun pujian itu hanya pura-pura dan mentertawakan kita dibelakang pun tidak ada ruginya untuk kita, seharusnya setiap ucapan adalah tulus tapi jika tidak tidakpun tak mengapa, kita hanya manusia yang tidak berhak menilai orang lain tulus atau tidak … iya kalau benar, kalau kita salah menilai, kita pikir tulus ternyata tidak atau kita menuduh dia tidak tulus padahal dia tulus…

Ketulusan itu biarlah DIA yang menilainya … kita hanya menerima pujian, hanya merasa tersanjung tapi pujianpun bukan milik kita, kalau kita cantik/ganteng itu milik ALLAH jua… begitu kira-kira saudara saudara *gaya dosen saya dikampus…*. Sebab memang terlalu rumit untuk kacamata manusia menilai. Manusia dengan kemampuan pikir, hanya boleh berasumsi, boleh mengira-ngira. Begitu pula jika ada orang yang tidak suka dengan saya, maka sayapun tidak berhak menghakimi dia salah telah membenci saya, karena saya tidak berhak menilai dia salah, itu adalah milik Illahi, dengan tetap menghidupkan kesadaran bahwa: 

Allah, betapa terbatasnya mata saya, betapa luasnya pandanganMU. Jadi mulai detik ini saya tidak ingin membuat hati-hati lain retak karena saya bersikap tidak tulus. Saya yang harus tulus. Bukan orang lain .Saya yang tidak boleh tidak tulus, bukan orang lain...
Allah ya rahman ya rahim…  saya yang tidak boleh membenci orang yang membenci saya pula, saya yang tidak boleh menghakimi orang lain, yang dapat saya lakukan adalah mencintai orang-orang yang membenci saya.. semoga saya mampu memaafkan agar dia memaafkan segala khilaf saya, karena kita bukan Tuhan..

Sebab kita yang harus bertanggung jawab terhadap ketulusan atau ketidaktulusan kita, di mahkamahNya nanti. Diri kita sendiri, bukan yang lain…

Tuesday 10 May 2011

Cintai dalam Diam

Tiba-tiba ingin menulis ini, teringat kata-kata kawan yang menasehatiku :

bila belum siap melangkah lebih jauh dengan seseorang, cukup cintai ia dalam diam..
karena diammu adalah salah satu bukti cintamu padanya..
kau ingin memuliakan dia, dengan tidak mengajakanya menjalin hubungan yang terlarang, 
kau tak mau merusak kesucian dan penjagaan hatinya.

karena diammu memuliakan kesucian diri dan hatimu..

menghindarkan dirimu dari hal-hal yang akan merusak izzah dan iffahmu ..

karena diammu bukti kesetiaanmu padanya..

karena mungkin saja orang yang kau cinta adalah juga orang yang telah Allah SWT pilihkan untukmu..
.............
ingatkah tentang kisah Fatimah dan Ali ??
yang keduanya saling memendam apa yang mereka rasakan..

tapi pada akhirnya mereka dipertemukan dalam ikatan suci nan indah..
.............

karena dalam diammu tersimpan kekuatan..
kekuatan harapan ..
hingga mungkin saja Allah akan membuat harapan itu menjadi nyata hingga cintamu yang diam itu dapat berbicara dalam kehidupan nyata ..
bukankah Allah tak akan pernah memutuskan harapan hamba yanng berharap padanya ??

dan jika memang 'cinta dalam diammu' itu tak memiliki kesempatan untuk berbicara di dunia nyata, biarkan ia tetap diam ..
jika dia memang bukan milikmu, toh Allah, melalui waktu akan menghapus 'cinta dalam diammu' itu dengan memberi rasa yang lebih indah dan orang yang tepat..

biarkan 'cinta dalam diammu' itu menjadi memori tersendiri dan sudut hatimu menjadi rahasia antara kau dengan Sang Pemilik hatimu..

terima kasih kawan,, dan kini aku mengerti maksudmu..